NATIVE ASYNC

Rabu, 05 September 2018

, ,

Traveling ke Kota Malang yang Penuh Drama Part 2

Tahukah kalian kalau saya akhirnya menyerah untuk ke Batu? Saya tidak lagi tertarik untuk menjelajah Batu sendirian, saya pikir lebih tertarik berkunjung ke rumah sahabat yang ternyata jaraknya lumayan dari pusat kota. Tapi tidak begitu saja bisa saya tunaikan karena adanya panggilan deadline mendesak, namanya juga freelancer.

Oke, sekarang mari kita lanjutkan menyimak drama saat saya solo traveling ke Kota Malang. Harap bersabar karena ini curhatan yang panjang tapi bertepi jua.


Salah Pilih Stasiun Keberangkatan


Dari siang sampai malam saya hanya berada di penginapan. Makan siang sambil ngobrol ngalor ngidul tentang wisata di Malang dengan pemilik penginapan, menjelang sore sampai malam menyelesaikan pekerjaan yang sudah hampi deadline di akhir pekan.

Suasana penginapan sangat lengang saat itu, hanya ada saya dan 2 orang tamu lainnya (di kamar dorm khusus perempuan). Satu tamu merupakan mahasiswa kuliah profesi yang kuliahnya sampai menjelang maghrib dan satunya lagi tour guide yang sedang hamil besar.

Saya yang baru pertama kalinya menginap di penginapan tipe dorm sejujurnya merasa tidak cocok. Mungkin saat itulah yang namanya poin tambahan mengenal diri sendiri. Ya, saya lebih cocok berada di kamar single dengan apapun suka-suka yang ingin saya lakukan.

Bukan karena saya tidak suka bersosialisasi, tapi saya lebih mengedepankan privasi dan kebebasan. Apalagi saya tipe orang yang susah konsentrasi dan tidak bisa tidur dalam kondisi berisik. Malam itu saya merasakan keduanya. Petama, mbak mahasiswa berbicara dengan suara amat lantang saat berbincang melalui telepon dengan keluarganya. Kedua, setelah mbak tour guide yang  merasa terganggu turun ke lantai satu, suara sandalnya sangat keras berdentum di lantai. Oh God!

Di situasi seperti itu saya tiba-tiba rindu Kota Gudeg, lantas saya langsung saja memesan tiket kereta menuju Stasiun Tugu Yogyakarta. Tetapi bodohnya saya yang sebenarnya capek dan mengantuk, tidak sadar kalau stasiun keberangkatan yang saya pilih adalah Kepanjen dan bukan Malang Kota Baru. Drama baru terpaksa kembali dimulai.

Semalaman saya mencari informasi dan menghubungi CS KAI mengenai masalah salah pilih stasiun keberangkatan. Solusinya ternyata saya harus mengubah jadwal tiket ke Stasiun Malang Kota Baru. Untuk mendapatkan tiket yang sesuai saya juga dikenakan biaya admin sebesar 25% dari harga tiket dan membayar selisih harga tiket lama dengan tiket baru.

Merayakan Perasaan Lega di Kampung Tridi




Jam 8 pagi saya sudah mengambil antrean CS Stasiun Malang Kota Baru dan duduk manis di kursi antrean. Sebelumnya sempat sarapan dengan membeli roti di pusat oleh-oleh yang berada di waiting room. Antrean sudah sangat padat meskipun CS dan loket baru mulai melayani pada pukul 9 pagi.

Beruntungnya saya mendapat antrean A007 yang artinya cepat mendapatkan pelayanan. Kurang lebih 5 menit di meja CS untuk mendapat bantuan pengubahan jadwal, diminta langsung menuju loket, konfirmasi data tiket baru, menunggu tiket di print, membayar biaya yang disepakati, dan tiket baru dengan stasiun keberangkatan Malang Kota Baru sudah ada di tangan.

Demi merayakan perasaan lega dan pengalaman pertama mengubah jadwal tiket kereta, saya menghabiskan siang yang terik saat itu di Kampung Tridi. Dari sini saya bisa sekalian  merasakan sensasi gemetar berada di atas Jembatan Kaca yang hits dan menatap indahnya Kampung Warna-warni Jodipan. Sayangnya, saya terpaksa membatalkan pertemuan dengan sahabat tercinta karena waktu yang sangat terbatas.

Hari itu, Jembatan Kaca dipadati oleh wisatawan lokal maupun mancanegara. Semua berebut untuk berfoto sampai tidak ada lagi tempat untuk lewat. Tadinya saya berencana hanya ingin lewat dan berpindah dari Kampung Tridi ke Kampung Warna-warni Jodipan, tapi apa daya kaki sudah gemetaran dan saya hanya beberapa saat berada di atas jembatan. Terhibur sudah dengan keseruan para pelancong yang sibuk mengabadikan momen liburannya. Dari sudut kiri, kereta rupanya juga belum lewat sehingga tidak ada momen gemas yang bisa saya abadikan.

Di-interview Adik-adik SMA Sebagai Bahan Tugas


Selesai menikmati keindahan Kampung Tridi dan Kampung Warna-warni Jodipan saya langsung  meluncur ke Alun-alun Merdeka Malang menggunakan ojek online. Suasana sangat riuh, tetapi sangat nyaman untuk menikmati hari terakhir saya di Malang. Oh iya, hari itu Jumat dan tentunya saya berkesempatan menyaksikan sendiri bahwa jamaah shalat Jumat di Masjid Jami membludak sampai ke salah satu sudut Alun-alun Merdeka Malang. Sungguh pemandangan yang membuat hati semakin tenang.

Berencana mengetik beberapa kata untuk blogpost terbaru, saya justru dihampiri dua adik manis yang bersekolah di SMA 2 Malang. “Siang kak. Boleh kami wawancara?” ucap salah satunya yang tepat berada di hadapan saya. Kaget dong pastinya, apalagi diutarakan topik wawancara mereka seputar Alun-alun Merdeka Malang. Tahu apa saya ini?

Tapi setelah keduanya menjelaskan lebih lanjut bahwa wawancara itu untuk tugas dan hanya sebatas kesan berada di Alun-alun Merdeka Malang, saya pun mengizinkan mereka untuk menunaikan tugas. Semoga jawaban saya bisa membantu kalian duhai adik-adikku yang sedang berjuang mendapatkan nilai mata pelajaran Antropologi.

Sepuluh menit setelah diwawancara saya memesan ojek online dan kembali ke hotel. Kali ini minta diantarkan ke Indomaret terlebih dahulu untuk membeli sesuatu. Tapi serunya jadi hampir muter-muter karena mas ojolnya belum tahu Butik Capsule Hostel dan tidak melihat ruko yang saya tunjuk. Bahkan saya diajak pacu adrenalin dengan melintasi rel kereta dalam kondisi jalanan padat sesaat sebelum palang ditutup.

Duh kebayang nggak sih apa yang terlintas di kepala kalian kalau motor yang ditumpangi jaraknya sejengkal dari rel dan kereta yang akan melintas sudah terlihat moncongnya dari jarak sekitar 500 meter? Beruntungnya jalanan padat saat itu tidak kemudian menjadi macet dan menyebabkan motor ojol yang saya tumpangi beserta beberapa kendaraan di belakangnya jadi santapan manis kereta. Dan beberapa saat kemudian saya dan mas ojol cekikikan, setelah berhasil melewati masa deg-degan di rel kereta. Terimakasih mas sudah bikin jantung saya ngos-ngosan.

Berkemas dan See You Next Trip Malang (Maybe)



Malam teakhir di Malang saya habiskan untuk membuat blogpost terbaru dan berkemas. Berbeda dengan malam sebelumnya yang tidak bisa tidur, kali ini saya berhasil tidur lumayan nyenyak. 
Alasannya karena tidak lagi memikirkan tiket yang salah, si mbak mahasiswa dan tour guide sudah duluan check-out saat saya jalan-jalan, dan room mate yang baru langsung ke Batu setelah check-in. Rasanya kembali ke private room.

Pagi-pagi sekali saya sudah mandi, sarapan, dan bersiap untuk check-out. Karena setiap tamu di Butik Capsule Hostel dipinjami kunci dan access card, keluar hotel kali ini juga jadi gampang. Kunci saya taruh di meja resepsionis dan saya berpamitan untuk check-out dengan mas staff hostel yang berada di luar penginapan. Tentunya dengan bantuan ojek online langsung meluncur ke Stasiun Malang Kota Baru untuk mengejar kereta yang berangkat pada jam 8.20 WIB.

Informasi di Stasiun Malang Kota Baru terbilang cukup lengkap dan memudahkan para pengguna layanannya. Sempat menunggu beberapa saat di waiting room akhirnya saya melakukan check-in dan siap naik kereta Malioboro Ekspress yang rupanya sudah tiba.


See you (maybe) again
Malang. Semoga next tripku mengunjungimu tidak terlalu banyak drama.

Drama yang saya bintangi di Malang akhirnya menemukan ujungnya. The End! Kalau kalian, pernah nggak sih mengalami drama yang demikian membekasnya dalam ingatan saat traaveling atau liburan? Boleh dong share ceritanya dengan saya ^^



1 komentar:

  1. Like!! I blog quite often and I genuinely thank you for your information. The article has truly peaked my interest.

    BalasHapus