NATIVE ASYNC

Kamis, 05 Juli 2018

, , , , ,

Snorkeling di Pantai Sadranan, Mampir ke Pantai Ngandong

Hari itu, Senin 25 Juni 2018, cuaca pesisir Gunung Kidul sedang bersahabat. Langit biru bersih dengan sorotan hangat mentari yang sudah terbit sejak pukul 05.30 WIB. Pinggiran Pantai Sundak sudah dipadati pengunjung yang sibuk dengan keinginannya masing-masing, salah  satunya berburu ikan hias. Saya, makhluk yang sedang bersiap dengan pakaian renang dan sandal jepitnya, masih berada di penginapan.

Akan kemana saya pagi itu sebenarnya sudah tercatat rapi di dalam itinerary digital yang tidak bisa dibuka karena tidak ada sinyal. Sejujurnya sih ada, hanya saja saya lupa mengisi pulsa Telkomsel tercinta yang artinya tidak bisa digunakan untuk berinternet ria. Oke kenapa jadi curhat, yang jelas pagi itu saya sudah memantapkan niat untuk snorkeling di Pantai Sadranan.


Lewat Sekaligus Mampir ke Pantai Ngandong


Dari Omah Sundak, menuju Pantai Sadranan hanya cukup melewati parkiran – memasuki kawasan Pantai Ngandong – melipir lewat bibir pantai – sampai. Perjalanan yang sesimple itu, kalau langsung menuju tempat snorkeling sementara jam masih menunjukkan waktu pagi hari sekitar pukul 8.00 WIB rasanya buang-buang kesempatan. Telebih lagi ombak yang sedang bergejolak masih belum direkomendasikan untuk snorkeling.

Pantai Ngandong kebetulan satu dari sekian banyak pantai selatan yang masuk dalam itinerary pula. Pantai kecil yang berada diantara dua pantai ini kalau dilihat sekilas saat pagi hari tidak cukup menarik. Air lautnya sampai ke pantai membawa karang dan beberapa lembat sampah. Pasirnya juga bercampur antara pasir putih dengan taburan sedikit pasir hitam nan halus.

[embed]https://www.instagram.com/p/Bkb4Ne-nYTt/?taken-by=reksitawardani[/embed]

Di salah satu sisinya terdapat sebuah bukit karang dengan sejumlah tempat duduk. Bukit yang berada tepat bersebelahan dengan lokasi Omah Sundak berada. Sementara di sisi lainnya berbatasan langsung dengan Pantai Sadranan. Bahkan bisa dibilang tidak ada batas secara jelas diantara keduanya.

Satu-satunya hal yang menarik dari Pantai Ngandong saat pagi hari tidak lain adalah jajaran  perahu nelayan yang bersandar di sepanjang pantai. Di hadapan para perahu tersebut berdiri tegak bangunan yang tidak lain merupakan Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Termasuk sejumlah warung yang menyajikan kuliner seafood untuk para pengunjung.

Tapi, pemandangan berbeda justru saya saksikan saat menjelang siang hari sepulang snorkeling. Di mana Pantai Ngandong tidak lagi tergenang air laut nan tinggi, hanya sebatas mata kaki, jernih dan menampilkan hamparan karang yang masih sangat alami.

Snorkeling Pertama Kali Seumur Hidup


[embed]https://www.instagram.com/p/BkjLgLLHEKj/[/embed]

Ya ya ya, ini adalah pertama kalinya seumur hidup saya melakukan snorkeling. Sejak kecil, dibandingkan main ke pantai saya lebih sering main ke kali. Sementara di kali tinggal nyemplung dan kalau untung juga bisa ketemu ikan, kalau nggak beruntung ya ketemu ‘spongebob’ yang beruntungnya saya nggak pernah  mengalami itu. Tapi, itu berbahaya karena di sungai masih banyak binatang liar seperti salah satunya ular. Jadi, saya  sudah mogok 100% berenang di sungai sejak masih SD. Jebule bandel!

Nah, keinginan untuk snorkeling juga sudah terpendam selama bertahun-tahun, hanya saja belum juga terwujud karena selalu bertabrakan dengan pekerjaan. Berbeda dengan sekarang  yang memang saya sepenuhnya menjadi freelancer, yang bebas mau jalan-jalan kemana dan kapanpun selama ada duitnya.

Pantai Sadranan menjadi rekomendasi dari adik sepupu dan Google sebagai pantai untuk snorkeling terbaik di Jogja. Pantai yang memiliki garis pantai lebih panjang dibandingkan Pantai Ngandong. Perairan di sepanjang pinggiran pantainya juga tidak sedangkal Pantai Ngandong, meskipun itu di jam-jam surut saat siang hari. Pantai yang juga memiliki ombak yang tidak begitu ganas karena terdapat karang tidak jauh dari tepi pantainya yang berfungsi memecah ombak.

Waktu Terbaik dan Sewa Peralatan Snorkeling


[embed]https://www.instagram.com/p/BkjHFzSHbR_/[/embed]

Sebelum nyemplung sudah berkali-kali ditawari peralatan snorkeling oleh salah satu pemilik persewaan yang ada sepanjang Pantai Sadranan. Bukannya menyewa saya justru menanyakan waktu terbaik untuk snorkeling di pantai yang satu ini. Jangan heran, saat itu saya melihat ombak masih cukup kencang bergejolak. Sebagai pemula saya tentunya parno kali aja  bisa terseret ombak sampai kemana-mana.

Berdasarkan rekomendasi sekitar jam 9 saya baru mulai snorkeling, yang memang benar saja ombaknya sudah mulai tenang. Air lautnya sekitar jam yang saya sebutkan juga sudah tidak begitu tinggi, alias mulai surut.

Eh iya, perlengkapan snorkeling yang akhirnya saya sewa bukan milik bapak yang sedari tadi menawarkan di dekat saya. Sedikit bergeser mendekat ke perbatasan Pantai Ngandong, saya memilih  untuk menyewa dari salah satu persewaan yang dijaga mas-mas remaja. Harganya hanya sekitar Rp 25.000 untuk satu buah rompi pelampung, kacamata Google, dan snorkel. Kebetulan tidak dibatasi mau berapa jam pakainya, karena saya sendiri snorkeling selama kurang lebih 2 jam (9-11).

Biota Lautnya Terlalu Sedikit di Pinggiran Pantai


Karena belum kenal medannya saya hanya bertemu dengan beberapa jenis ikan (yang tiga diantaranya sempat menggigit kaki saya saat sedang memperbaiki pengaturan kamera) dan terumbu karang yang juga jumlahnya tidak melimpah.

Rupa-rupanya saya perlu sedikit meninggalkan pantai kalau ingin melihat biota laut Pantai Sadranan yang lebih banyak. Sayangnya, baterai Nikon Coolpix W100 kesayangan justru lowbat saat saya menemukan biota laut yang melimpah. Parahnya lupa membawa baterai pengganti yang ternyata tertinggal di penginapan.

Yasudah tak apa, yang jelas saya punya rekamannya di dalam kepala saya. Rekaman yang membuat saya ketagihan sampai lupa berhenti snorkeling, meskipun  lutut  sudah berdarah-darah karena menabrak terumbu karang akibat ditabrak snorkelers lain, dan jari-jari juga sudah keriput.

[embed]https://www.youtube.com/watch?v=oYQjRGOPMR4&t=48s[/embed]

Keluar dari rendaman air laut, dibanding cuci bilas di kamar mandi pantai yang harus membayar 5 ribu rupiah, saya memilih mandi dan ganti di penginapan. Ya, meskipun saya tetap mengeluarkan 2 ribu rupiah karena tiba-tiba kebelet pipis dan sekalian sedikit menyiram baju renang menggunakan  air tawar. Jadi, saya jalan dari Pantai Sadranan, melewati Pantai Ngandong, sampai di Pantai Sundak dan naik ke Omah Sundak tetap memakai pakaian renang yang dilapisi Jaket sepanjang lutut.

Kapan lagi kan traveling nyeleneh yang sebenarnya biar lebih ngirit kalau bukan sekarang. Ada yang se-nyeleneh saya juga? Share dong pengalaman snorkeling kamu di kolom komentar. Sekalian rekomendasi pantai yang bisa untuk snorkeling ya. Kalau ada yang punya tips keamanan dan keselamatan seputar snorkeling  jangan lupa bagi-bagi ya. ^^

14 komentar:

  1. I discovered your website from Google and I need to claim it was a great locate.
    Many thanks!

    BalasHapus
  2. Mantap nih! Sambil berkunjung di pantai bisa dapat ikan hias yang mungkin jadi kenang-kenangan saat berkunjung di pantai Ngandong.

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  6. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  7. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  8. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  9. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  10. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  11. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  12. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  13. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  14. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus