NATIVE ASYNC

Kamis, 12 Juli 2018

Jangan Berkunjung ke Pantai Drini Kalau Malas Pakai Alas Kaki

Akhirnya sampai juga di postingan penghujung perjalanan saya menjelajah pantai selatan pada bulan Juli lalu. Ya, pada tanggal 26 Juni 2018, saya menyempatkan diri untuk mampir ke pantai Drini dalam perjalanan pulang ke Semarang. Pantai yang termasluk dalam retribusi 10 ribu rupiah bersama pantai BKK - Pok Tunggal.


Ternyata Salah Jalan Sampai ke Pantai Sepanjang


pantai driniKeluar meninggalkan barisan pantai Sundak dkk, saya tidak langsung melanjutkan perjalanan untuk kembali ke Semarang. Tujuan yang akhirnya menghentikan langkah kaki untuk mampir sebentar adalah pantai Drini, meskipun pada akhirnya salah jalan hingga sampailah ke pantai Sepanjang.

Sejujurnya, saya pribadi tidak bisa berbicara banyak tentang pantai Sepanjang. Pantai yang katanya Tanah Lot-nya Jogja ini sih menurut saya biasa saja.

Garis pantainya memang sangat panjang, sebagaimana namanya. Karangnya yang surut saat siang hari juga terlihat lumayan menggoda ditemani ombak yang sesekali gelombangnya cukup tinggi di ujung mata. Pasirnya juga terkesan kotor, jauh dibandingkan dengan sejumlah pantai selatan lainnya. Kotor di sini bukan karena warnanya yang kecoklatan atau karena karang-karang rusak yang terbawa ombak, tetapi karena ada cukup banyak sampah yang terdampar bebas di sepanjang pantai.

Tidak salah kan kalau saya hanya menghabiskan kurang dari 5 menit di pantai ini? Saya kemudian keluar dan berputar arah menuju ke pantai Drini. Di mana lokasinya memang cukup berdekatan. Jadi, tidak perlu memakan lebih banyak waktu dan khawatir akan sampai di Semarang terlalu larut malam.

Wohooo Ada Banyak Perahu Nelayan, "Lah Ini Lewat Mana?"


pantai driniHal yang membuat saya sangat ingin datang ke pantai Drini sangatlah sepele. Melihat keindahan pemandangan perahu-perahu nelayan yang berjajar berpadu syahdu dengan birunya laut dan langit pantai Drini. Lucu sekali. Ya tapi itu memang faktanya. Dan memang saya girang bukan main bisa kesampaian ke pantai yang memiliki puluhan perahu nelayan di sepanjang pantainya ini.

Bukan hanya perahu nelayan, jala-jala milik nelayan sekitar juga ada di sekitar perahu. Entah yang ini memang diletakkan begitu saja atau justru jalanya sedang dijemur. Kalau kering bahaya ya bisa jadi keripik. Hihihi

[caption id="attachment_1764" align="aligncenter" width="640"]pantai Drini panen selada laut di pantai Drini[/caption]

Ngomong-omong masalah keripik, salah satu aktivitas yang menarik di pantai Drini ini tidak lain adalah para pemburu selada laut atau ulva sp. Selain dari nelayan sekitar yang kebetulan sedang memanen selada laut, pengunjung juga nggak mau kalah berebut mengambil selada laut serupa untuk dibawa pulang.

Selada laut yang dipanen warga sekitar sendiri diolah menjadi keripik yang dijajakan di warung-warung di kawasan pantai. Sudah ada yang pernah coba belum bagaimana rasanya? Sayang sekali saya malah lupa membeli, padahal sangat ingin mencicipi dan membawanya pulang sebagai oleh-oleh. Alhasil tidak jadi mencicipi dan pulang tanpa oleh-oleh. Hiks

Eh iya, selada laut yang dipanen dan diburu pengunjung ini tumbuh subur lho di karang pinggiran pantai Drini. Di mana lokasi tersebut memang surut saat siang hari. Nah, bagian karang yang saya maksud ini juga berada di pantai Drini bagian barat. Termasuk lokasi terdekat dengan bukit karang yang membelah panta Drini menjadi dua bagian, barat dan timur.

Perhatikan Himbauan, Pakai Alas Kaki Agar Terhindar Dari Bulu Babi


[caption id="attachment_1765" align="aligncenter" width="640"]pantai Drini bulu bali di karang pantai Drini[/caption]

Tapi, meskipun pantai Drini menjadi tempat berburu selada laut. Faktanya, terselip bahaya yang cukup serius di balik setiap karangnya. Ya, karena landak laut atau yang dikenal juga dengan istilah bulu babi ternyata jumlahnya melimpah ruah di sepanjang hamparan karang pantai Drini bagian barat. Bahkan selama saya berada di pantai, tidak henti-hetinya pihak penjaga pantai memberikan himbauan agar pengunjung tetap mengenakan alas kakinya saat bermain di pinggiran pantai.

Pastinya sudah tahu kan apa bahayanya kalau sampai bulu dari landak laut yang demikian panjang dan runcingnya sampai menancap di telapak kaki? Maka dari itu, sebaiknya urungkan niatmu untuk berkunjung ke pantai Drini kalau kamu malas pakai alas kaki. Nggak usah sok kebal, toh semua juga demi kebaikan diri sendiri kan. Nggak mau kan masuk berita bersanding dengan pengunjung yang tersengat ubur-ubur, "Pengunjung Pantai Drini Tertusuk Bulu Babi". Waduh!

[embed]https://youtu.be/EMZHid-eTNw[/embed]

Awalnya saya sendiri hanya menemukan satu dua bulu babi saat sedang memotret, tapi kemudian setiap kali pindah tempat ternyata selalu ada bulu babi yang bersembunyi di balik indahnya hamparan karang pantai Drini. Untungnya saya masih mengenakan sepatu yang sangat rapi dan rapat, jadi aman deh. Meskipun tetap harus hati-hati tentunya ya. Nggak kebayang kan kalau tetap saja bulu babinya menembus ke dalam sepatu saya. Ngeri!

pantai drini

Saya sengaja nih nggak ke pantai Drini bagian timur karena dikejar waktu. Bagi yang sudah pernah ke pantai Drini, share dong pengalaman kalian di kolom komentar. Ajak saya main-main ke blogpost kalian juga boleh.

0 komentar:

Posting Komentar