Loketnya Tersembunyi Selama Proses Renovasi
Ada banyak cerita menggelikan dibalik keinginan saya untuk menyambangi Telaga Warna sebagai bagian dari road trip Dieng. Yang pertama tentu saja seperti biasa, bingung mencari lokasi dan nyaris tersesat. Bagi yang pernah mengunjungi telaga cantik ini pastinya heran dengan pernyataan saya yang nyaris tersesat demi menemukannya. Bukan tanpa alasan, karena pintu masuk telaga sedang tahap renovasi dan ditutup sementara waktu. Beruntung tidak ada bapak-bapak pengawas kawasan wisata Dieng yang sedang berjaga dan berbaik hati memberikan petunjuk arah. Rupanya oh rupanya hanya sejengkal saja jaraknya dari pos tempat si bapak berjaga. Amazing!
"Oh Telaga Warna parkirnya di depan situ dan loketnya itu yang warna ijo. Soalnya sementara pintunya masuknya masih ditutup," jelas bapak pengawas kawasan wisata Dieng di pos jaga sambil menunjuk tempat parkir luas tidak jauh dari tempatnya berdiri.
Tempat parkir yang dimaksud si bapak sendiri tidak lain adalah tempat parkir di seberang Petak 9, dan loket masuk sementara Telaga Warna berada sekitar 50 meter dari pintu masuk Petak 9.
Benar saja, setelah antre cukup lama di belakang rombongan piknik keluarga (sekitar 3 keluarga, dengan anggota keluarga 5-11 orang), saya bisa melihat beberapa sisi Telaga Warna memang masih dalam tahap renovasi. Salah satu yang sangat jelas terlihat (karena baru selesai 50%) adalah sederet bangunan yang dilihat dari desainnya akan difungsikan sebagai toilet.
Oh iya, untuk masuk ke kompleks Telaga Warna – Telaga Pengilon ini budget yang harus dikeluarkan hanya senilai Rp 6.000 saja per pengunjung (dewasa).
Super Polos Menunggu Telaga Warna Berubah Warna
Melewati pengunjung yang sudah memilih tempat duduknya masing-masing, saya memilih untuk mendekat ke bibir telaga. Meskipun pilihannya masih juga duduk di jalanan di pinggir telaga. Menikmati terik matahari yang tidak terasa panas karena udara Dieng yang cenderung sejuk ke dingin.
Di depan mata tampak hijaunya air telaga yang sesekali berkilauan terpapar sinar matahari. Di sisi lain, sepasang manusia bersama seseorang yang bertugas sebagai fotografer sibuk mencari pose terbaik. Mulai dari pohon tumbang yang melintang tepat di tengah jalan setapak Telaga Warna, sampai papan kayu yang mengapung di pinggir telaga. Terkadang romantis, terkadang menggelikan.
Sepasang mata polos saya sebenarnya sangat ingin melihat adanya perbedaan atau perubahan warna dari Telaga Warna ini. Ya, karena destinasi wisata andalan Dieng ini terkenal dengan fenomena alamnya, yaitu telaga yang airnya bisa berubah-ubah warna. Tapi sepertinya saya failed. Mungkin lebih tepatnya tidak peka. Karena berjam-jam laman ya yang tampak di depan mata masih sama persis, hamparan air telaga yang hijau berkilauan.
Beringsut meninggalkan jalanan yang berjam-jam di kontrak sebagai tempat duduk menatap telaga, saya melihat sebuah perahu terdampar di sisi lain telaga. Dari sisi si perahu ini pula, nampak sedikit warna kebiruan di sepanjang tepian telaga. Semakin ke tengah warna airnya menjadi semakin hijau.
Apa mungkin airnya baru berubah saat menjelang sore hari? Bagi yang sudah punya pengalaman sebelumnya boleh dong bagi ceritanya. Kalau benar demikian, besok akan saya ulangi berada di Telaga Lama lebih lama lagi.
Legenda Batu Tulis Berhias Tulisan Tangan-tangan Nakal
Oh iya, masuk ke kompleks Telaga Warna rupanya sangat luas dan bisa sekaligus menemukan sejumlah objek wisata lainnya. Salah satunya adalah Legenda Batu Tulis. Ya, ada patung bertapa bernuansa emas di depan sebuah batu berukuran besar. Di sampingnya tertulis Legenda Batu Tulis dalam bahasa Inggris, memudahkan turis asing tetapi sedikit membingungkan bagi turis lokal awam yang nggak paham-paham amat bahasa Inggris.
Sayang seribu sayang, lagi-lagi saya melihat ada banyak coretan di permukaan batu. Karena sebagian besar ditulis menggunakan tipeks dan pilok, tentunya itu bukan bagian dari peninggalan zaman pra sejarah dong. Betul begitu? Memang sih namanya itu Batu Tulis, tetapi bukan berarti kan harus benaran ditulisi seperti itu. Apalagi tulisan yang nggak berfaedah. Merusak keindahan!
Ada Gua yang Tampak Sambung Menyambung, Goa Semar - Goa Sumur
Dari Legenda Batu Tulis, ada jalan bercabang. Jalan lurus akan mengantarkan kalian sampai ke Goa Jaran, sementara jalan setapak ke kanan sampai ke Goa Semar, Goa Pengantin, Goa Sumur, dan Telaga Pengilon. Dari beberapa gua yang ada, Goa Sumur merupakan goa yang bagian pintunya ditutup. Terlihat jelas ada pintu di bagian depannya yang saat itu dalam kondisi tertutup rapat. Mungkin ditutupnya Goa Sumur karena satu dan lain hal, seperti misalnya tempat sakral atau kondisinya yang sedang tidak memungkinkan untuk dikunjungi wisatawan.
Jika dilihat dari bentuknya, gua-gua yang ada seperti tampak saling menyambung satu sama lain. Hanya berada di dalam satu lingkup yang sama dengan pintu masuk yang berbeda-beda. Goa Pengantin merupakan gua yang memiliki pintu masuk paling luas.
Telaga Pengilon, Mirip Tapi Ukurannya Lebih Mungil dan Lebih Sepi
Meninggalkan deretan gua yang super misterius. Akhirnya langkah kaki saya sampai ke tepi Telaga Pengilon. Sekilas penampilannya tampak mirip dengan saudara satu lokasinya, Telaga Warna. Airnya sama-sama tampak bersih dan hijau, yang sesekali berkilauan terkena cahaya matahari.
Bedanya, Telaga Pengilon tidak seluas Telaga Warna. Selain itu, background pemandangan yang tampak dari telaga ini juga bukan pergunungan tinggi, tetapi hutan dan sebidang tanah putih kekuningan seperti yang tampak di Kawah Sikidang (baca: Kawah Sikidang: Cerita Telur Rebus, Burung Hantu, dan Ayunan Romantis).
Jika betah berada di Telaga Pengilon itu sebenarnya serasa sedang bersantai di telaga milik pribadi. Ya, karena telaga yang satu ini justru lebih sepi dari kembarannya. Hanya terlihat satu dua orang pengunjung saja yang sampai di telaga ini. Sisanya mungkin masing memenuhi Telaga Warna atau berkeliling lokasi sekitar yang memang sangat amat luas.
Tetapi bagi yang masih mempercayai hal-hal berbau mistis, Telaga Pengilon memang terkesan sedikit mistik. Bukan hanya karena lokasinya yang dikelilingi gua dan beberapa tempat persembahan. Tetapi, di bibir telaga bahkan masih ada sejumlah dupa yang menyala.
Alasan pertama tidak kuat dengan bau dupanya yang menyengat, dan alasan lainnya ingin langsung menuju ke Dieng Plateau Theater kemudian mencari tenda untuk camping, saya pun meninggalkan Telaga Pengilon. Tentunya, kembali ke Telaga Warna karena pintu keluar dan masuknya hanya satu, loket hijau tersembunyi nan misterius. ^^
0 komentar:
Posting Komentar