NATIVE ASYNC

Senin, 09 April 2018

, ,

Gunung Telomoyo: Mendaki kok Naik Motor Matic

Tanpa rencana, awalnya saya yang berencana menikmati kesejukan Hutan Pinus Kayon justru berubah arah menuju Gunung Telomoyo. Kemeja panjang, celana jeans, jaket, sepasang sneaker, dan tas mungil yang seharusnya diajak ke mall, jadi traveling outfit saya hari itu. Tenang, saya nggak sepenuhnya salah kostum kok. Karena, gunung yang satu ini saja bisa didaki menggunakan kendaraan bermotor. Dan hari itu, untuk pertama kalinya saya diajak mendaki dengan menaiki motor matic.


Di Bawah Cerah, Sampai Puncak Ditemani Kabut dan Gerimis


gunung telomoyo

Hati saya riang gembira begitu sampai di kaki Gunung Telomoyo. Setelah membayar tiket masuk, partner traveling saya kembali memacu motor matic yang kami naiki menuju ke puncak. Yang saya tahu, cuaca masih sangat cerah saat kami sampai di tengah perjalanan. Kami bahkan sempat berhenti sejenak mengabadikan pemandangan yang nampak.

Sayangnya, suasana yang cerah ceria berubah menjadi gerimis sebelum kami sampai ke puncak. Sempat mempertimbangkan untuk tidak melanjutkan perjalanan dan turun lalu kembali ke rencana semula, ke Hutan Pinus Kayon. Tapi karena kami pikir sudah lebih dari setengah perjalanan, kami pun nekat untuk memacu kendaraan menuju puncak Telomoyo.

Menariknya, sampai di puncak justru tidak ada tanda gerimis sama sekali. Meskipun sempat terlihat awan cerah, memang kabut tebal kemudian menyusul dan mengubah pemandangan puncak Telomoyo menjadi serba putih. Oh iya, di puncak Gunung Telomoyo ini saya melihat ada beberapa tower tinggi menjulang, mulai dari tower radio sampai tower pembangkit listrik yang merupakan milik PLN.

Merenung Bersama Landasan Gantole di Atas Awan


gunung telomoyo

“Iya, sedang berkabut. Biasanya kabutnya hilang sekitar jam satu mas. Kalau tidak berkabut pemandangannya bagus, di bawah itu Banyubiru, kelihatan rawanya,” kurang lebih seperti itulah informasi bapak siomay yang sedang berbincang dengan partner traveling saya.

Ya, demi mengurangi efek udara dingin yang cukup menusuk tulang, kami membeli dua bungkus siomay yang parkir manis di puncak Gunung Telomoyo. Sepasang siomay seharga Rp 10.000 dengan rasa yang lumayan dan isinya juga cukup untuk mengisi perut yang lapar karena lupa sarapan.

Sampai siomay di tangan saya habis, rupanya kabut masih juga belum mau bergeser untuk memberikan saya kesempatan menikmati keindahan Telomoyo yang seutuhnya. Gerimis yang sampai puncak bahkan sempat membuat kami beranjak untuk kembali turun. Tapi belum sampai setengah perjalanan kami memutuskan untuk berhenti dan menghabiskan cukup lama di salah satu Landasan Gantole, spot foto legendaris dari Gunung Telomoyo.

Jangan pikir saya berhasil menemukan pemandangan indah seperti yang banyak diposting di Instagram. Saya, lebih tepatnya kami, hanya menemukan tumpukan kabut tebal dan cuaca yang semakin menusuk tulang.

Lalu kenapa saya betah berada di Landasan Gantole dalam waktu lama, padahal saat itu gerimis sempat deras beberapa kali? Tahu rasanya setiap hari mendengar berisiknya suasana kota dengan polusi udaranya yang menumpuk, kemudian ada udara segar memasuki paru-paru? Ditambah lagi, di ketinggian Telomoyo saya tidak mendengar suara berisiknya kendaraan khas perkotaan, meskipun sesekali terdengar suara motor milik pengunjung lain yang lewat menuju ke puncak.

Turun Mari Turun, Mampir Dulu ke Air Terjun Gunung Telomoyo


gunung telomoyo

Jam sudah menunjukkan pukul 4 sore, kami memutuskan untuk turun. Selain karena gerimis yang semakin deras dengan udara yang semakin dingin dan kami tidak memakai perlengkapan yang mendukung. Gunung Telomoyo juga tutup saat maghrib menjelang. Tapi bagi yang ingin menginap bisa saja, asalkan sudah terlebih dahulu menyampaikannya pada pengelola yang berada di loket tiket masuk.

Kami tidak langsung pulang begitu turun dari puncak, karena saat sampai di bawah ternyata cuacanya tidak seburuk di puncak. Suasana masih cukup cerah karena kabut tidak begitu tebal. Jadi, pilihannya adalah mampir ke air terjun kecil yang ada tepat di pinggir jalan menuju ke puncak Gunung Telomoyo. Sebenarnya saat berangkat sudah mampir sejenak, tapi sepertinya saya ketagihan bermain dengan airnya yang jernih dan dingin.

Meskipun saat saya berkunjung debit airnya sangat kecil, partner saya yang pernah dua kali menyambangi Telomoyo mengatakan bahwa sebelumnya debit air di air terjun kecil ini cukup deras.

Selain saya, terlihat beberapa pengunjung lainnya silih berganti mencari posisi yang ciamik di air terjun kecil ini untuk berfoto. Wah sejujurnya saya lebih suka mainan air daripada berfoto. Sensasinya itu lho, nyessss saat terkena kulit.

Menutup Perjalanan di Secret Place, Yeay Saya di TELOMOYO!


gunung telomoyo

Tangan sudah berasa es batu setelah bermain di air terjun kecil, saatnya saya dibonceng pulang oleh partner traveling. Saya yang saat berangkat sempat melihat mbak pendaki dengan backpack besarnya berdiri di antara rimbunnya pohon pinus, merengek mampir ke tempat itu sebelum motor partner traveling keluar dari kawasan Gunung Telomoyo.

Setelah motor di parkir, saya bersemangat turun dan mencari apa gerangan yang ada di tempat itu. And anyway, like a secret place. Ada sederet tulisan “TELOMOYO” berwarna putih dan hamparan pemandangan Getasan dan sekitarnya.

Rute Perjalanan Menuju Gunung Telomoyo


gunung telomoyo

Menemukan jalan menuju ke Gunung Telomoyo tidak sesulit mencari belahan jiwa kok. Karena saya bersama partner berangkat dari arah Semarang, maka saya harus terlebih dahulu melewati Salatiga sampai ke Getasan. Kami cukup mengikuti plang petunjuk arah yang sudah ada. Selain itu, di pinggir jalan sudah terpampang jelas tulisan “TELOMOYO” berwarna hijau, tepat di jalan masuk menuju ke jalur pendakian Gunung Telomoyo.


Pakai Pakaian Tebal, Pastikan Tubuh dan Kendaraan Fit


gunung telomoyo

Dari pengalaman saya mendaki Gunung Telomoyo, ada beberapa tips penting yang bisa saya bagikan.

Pertama, se fashionable apapun, pastikan untuk memakai pakaian tebal atau hangat. Sederhananya pakai jaket untuk melindungi tubuh dari hawa di gunung yang memang khas dingin. Terutama bagi yang tidak terbiasa dengan udara dingin.

Kedua, pakai sepatu gunung atau untuk cewek setidaknya jangan pakai sepatu berhak. Meskipun selama mendaki bisa duduk manis di atas motor, jalanan dan medan di Gunung Telomoyo terbilang cukup terjal.

Ketiga, pastikan kendaraan dalam kondisi fit. Periksa apakah rem berfungsi dengan baik, karena jalanan yang harus dilalui khas jalanan gunung, sempit, dan kalau sampai lengah jurang dalam siap menyambut.

Keempat, jangan hanya kendaraan, tubuh juga harus dalam kondisi fit. Terutama bagi yang mengemudi. Bagi wanita yang sedang hamil tolong jangan kepengen untuk bermain di sini ya. Yakin deh kasihan calon adek bayi yang ada di perut kalau harus diajak bergoncang melewati jalanan anti mulus saat mendaki Gunung Telomoyo.

Kelima, waktu terbaik untuk mengunjungi Telomoyo adalah pagi hari saat sunrise. Kalau enggan datang pagi buta, silahkan menginap di basecamp atau camping di puncak.

Info terakhir dan nggak kalah spesial dari saya, tiket masuk ke gunung yang bisa didaki menggunakan kendaraan bermotor ini hanya Rp 5.000/pengunjung. ^^

5 komentar:

  1. Hi there very cool website!! Man .. Excellent .. Superb .. I'll bookmark your web site and take the feeds additionally…I'm happy to find so many helpful information here within the post, we need work out more techniques on this regard, thank you for sharing.

    BalasHapus
  2. Recommended nggak sih gunung telomoyo ini kalo buat berlibur dengan keluarga besar? Tolong infonya ya kak..

    BalasHapus
  3. seru juga kalo mendaki naik motor
    gacapek

    BalasHapus